JEMBER — Sejumlah kalangan berharap Muktamar ke-33 NU nanti bisa berjalan dengan lancar dan khidmad. Dalam pandangannya, muktamar sendiri sebetulnya adalah forum yang bisa dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi, bertukar pikiran bahkan saling menguatkan roda organisasi di tiap cabang. Dan tidak melulu diributkan dengan proses pemilihan pucuk pimpinan, baik rais aam maupun ketua umum. “Kita perlu menjaga ukhuwah nahdliyah,” kata KH Muhyiddin Abdusshomad kepada media ini, Rabu (23/7/2015).
Apabila harus memikirkan pemilihan jabatan rais aam dan ketua umum, maka yang harus dijaga adalah proses dari pemilihan tersebut. Menurut Rais Syuriah PCNU Jember ini, figur memang menjadi prioritas bagi kesinambungan jam’iyah. Namun baginya, prosesnyalah yang harus dijaga agar tetap terbuka dan fair. “Kita ingin pemilihan nanti betul-betul fair, terbuka dan demokratis, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” tegas Pengasuh Ponpes Nurul Islam Jember ini.
Menurutnya, NU Sebagai organisasi kumpulan para ulama, sudah selayaknya menjalankan musyawarah dengan tenang, guyub, dan penuh keluwesan. Jangan sampai pada musyawarah nanti berdebat untuk kepentingan, lalu dibarengi dengan cibiran, sumpah serapah, apa lagi sampai kontak fisik. “Jadi kontak fisik itu bukan sesuatu yang tidak mungkin,” terangnya. Bagi Kiai Muhyidin, sapaan akrabnya, hal tersebut mungkin saja terjadi kalau masing-masing tidak bisa mengendalikan emosi. “Kita malu kalau ini sampai terjadi,” tegurnya.
Untuk itu, Kiai Muhyidin menegaskan bahwa berjalannya musyawarah secara demokratis menjadi faktor penting demi terjaganya ketertiban pada Muktamar ke-33 NU di Jombang awal Agustus mendatang. (david/s@if)

No comments:
Post a Comment